Saturday 6 October 2012

Balada Seputar KKN - bagian 5

Pagi-pagi sudah terbangun, karena dibangunkan, sial!.. Rasanya baru 3 jam saya tertidur, selebihnya dihabiskan dengan pura-pura terpejam (karena keganggu oleh suara orang-orang yang bergosip). Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Yah, jam segitu emang sudah seharusnya bangun toh. Dengan semangat baru pulih (dari tidur yang tidak nyenyak), kami berangkat ke sungai. Sedangkan remaja yang tadi malam begadang tampaknya baru bisa tidur sekarang di kantor kelurahan.

hehh.. Membosankan, ngomong "Yes... It's called KKN.." mulu

Jalanan berkabut karena embun pagi. Di sungai sudah terlihat pemandangan orang buang hajat dan mandi pagi (oowh tidaaak..!). Dalam suasana yang masih agak gelap itu, kami menyaksikan bagaimana seorang bapak mandi sambil memandikan anaknya juga, seorang bapak paruh baya yang datang membawa odol dan menyikat giginya, seorang pemuda setempat yang baru saja selesai buang hajat di balik tiang jembatan, dan ada juga yang mencuci sepeda motornya di aliran sungai itu. Semua itu kami rekam dalam otak kami, seperti apa proses dan tahapannya sudah menjadi ilmu tersendiri, agar nanti tidak bingung melakukannya.

Sekedar gambaran seperti apa tempat yang kami kunjungi saat itu. Sungai itu lebarnya kira-kira 6 meter dan cukup dangkal. Di atasnya ada jembatan dengan lebar lebih kurang 3 meter, truk atau mobil bisa lewat di atasnya. Di sebelah kanan terdapat area pesawahan, sedangkan dari arah kami datang tadi berupa tebing yang di atasnya bersusun rumah-rumah penduduk. Sesekali di atas kami (jembatan) lewat sepeda motor, ibu-ibu, bapak-bapak, dan ternak. Kadang sapi-sapi lepas begitu saja (mungkin disengaja sama pemiliknya).

Begitu orang-orang (desa) itu pergi, mulai lah satu per satu kami masuk ke tengah sungai. Cukup lama kami disana sekedar mempraktekan apa yang barusan dilihat (trial and error, tapi banyakan error-nya). Beberapa teman sukses mencoba, tapi saya masih ragu. Akhirnya karena penasaran, saya coba juga, hehe... Apalagi kalo dirasa-rasain, perut saya memang agak sedikit mulas (hampir mendekati mulas).

Nah, mula-mula cari spot yang pas dulu, yang ada batu pijakannya. Jadi, walau di air tetap kesannya sedang jongkok di jamban/kakus. Lirik kanan kiri dulu, buat memastikan ga ada seorang pun yang diam-diam ngintip. Sumpah, malu banget deh... Di kehidupan normal, ini merupakan hal yang tabu bagi saya (pamerin aurat walau dalam kondisi 'kebelet'). Meski sesama cowok/cewek, tetap saja ya.. yang namanya aurat itu dosa kalo diperlihatkan (yang kasih liat berdosa, yang ga sengaja lihat berarti lagi sial, sedangkan yang terpana artinya ga normal.. ueek).

Apa anda melihat sebuah jembatan??..
Nah, di bawah sanalah semuanya bermula..

Lalu, saya mencoba jongkok perlahan-lahan sambil menurunkan pinggiran boxer dan kolor (kedua bawahan ini saya gunakan sebagai perisai, if u know what i mean, hehe). Di belakang saya liat aman, tidak ada orang yang lagi jongkok. Lalu, splash! Air sungai menghantam sesuatu yang diceburkan ke air (apalagi kalo bukan pantat). Dingin dan lembut, itulah sensasi yang terasa saat itu. Tak ingin terbuai terlalu lama, saya langsung berkonsentrasi dan mencari-cari rasa mules yang tadi. Entah karena pengalaman pertama atau hanya delusi, yang jelas rasa mules yang sedikit tadi hilang!. Beberapa detik bertapa tanpa suara, akhirnya rasa itu muncul lagi, walau keciiil sekali.. (obrolan seputar eek yang didramatisir).

Saya lalu mencoba menekan, hegh! heegh!!.. Heran, kok susah amat? Padahal biasanya lancar gitu. Saya terus mendesak sampah itu, saya tidak peduli apa yang terjadi. Di saat lagi panik-paniknya, sekonyong-konyong air di belakang saya beriak. Reerrr!!.. Kaget bukan main, saya pun menoleh ke belakang.. Ternyata, seorang penduduk setempat muncul, entah mau ngapain dia disana... Sumpah, saya sudah ga bisa konsentrasi lagi, pikiran kacau, dan akhirnya, niat itupun dibatalkan. Saya lalu kembali ke pinggir sungai menunggu yang lainnya selesai. Heran deh, mereka kok sepertinya sudah pengalaman gitu ya?

Di lain kesempatan, saya berhasil melakukannya. Dan yang pasti, di tempat yang lebih privasi lagi tentunya. Satu hal unik yang saya temukan saat buang air besar di sungai ialah kamu akan melihat eek orang lain mengambang saat kamu berusaha untuk eek, ah.. bukan itu (itu mah biasa). Maksud saya adalah saat eek keluar dari perut, makhluk itu akan berasa seperti ditarik oleh sesuatu (ini bukan mistis lho). Jadi, yang terjadi saat itu adalah air sungai ikut membantu menarik eek saat didorong keluar. Layaknya orang melahirkan, ada tangan bidan yang akan membantu mengeluarkan (menarik) bayi tersebut. Hal unik lainnya ialah begitu eek keluar dia akan tetap utuh (tidak terputus).

Okeh, sebaiknya kita akhiri saja ya kisah yang menjijikkan ini. Ga baek kalo baca bagian ini lama-lama, apalagi kalo sambil makan (ueek!). Satu jam kemudian, kami baru kembali lagi ke kantor kelurahan yang kondisinya lebih mirip kapal pecah. Terlebih lagi semua pakaian yang saya bawa di koper masih basah semua. Kami kembali merasakan sensasi seperti para pengungsi, yang sedang menunggu instruksi selanjutnya dari para penyelamat korban bencana alam. Dan, beberapa jam kemudian muncullah seorang petinggi di kelurahan (saya lupa dia sebagai apa), menyuruh kami untuk bersiap-siap membawa semua barang bawaan ke rumah yang telah disiapkan.

Horee... akhirnyaa.... Kami terbebas juga dari kondisi yang memprihatinkan tersebut, walau sebenarnya kami BUKANLAH PARA PENGUNGSIAN, catat tuh!.. Bapak itu lalu membuka pintu yang tadi malam saya buka untuk, eaa.. pipis lah istilahnyaaa... Lalu, begitu pintu terbuka lebar, dengan penuh wibawa beliau mengangkat tangan kanannya ke udara sembari menunjuk ke sebuah penjuru.
“Ituu..... (diam sejenak).. Itu tempat tinggal kalian....”, katanya tak lama kemudian.
Kami hanya terdiam saat mengikuti arah telunjuk berkerut bapak itu. Namun yang terlihat hanya semak belukar. Eh, serius nih? Dan ternyata, di balik semua itu telah berdiri sebuah rumah, eh... bukan telah berdiri, tapi telah lama berdiri sebuah rumah kayu yang mungkin usianya sudah puluhan tahun, waa..


Sempat-sempatnya berfoto, di saat perut sedang kosong..

Rumah itu tidak lebih besar dari rumah yang ditempati teman-teman cewek. Selain berbahan kayu, bangunan ini juga merupakan rumah panggung dengan beranda kecil di depannya. Lantainya ada yang rapuh, loteng rusak, dan bagian belakang rumah miring. Bisa disimpulkan kalau rumah ini sudah lama tidak dihuni dan baru saja dibersihkan (Omaigaad). Akhirnya, hari itu dihabiskan dengan beres-beres barang dan istirahat. Rumah itu dan pekarangannya kemudian dipasangi tali temali, tidak lain tidak bukan, untuk menjemur pakaian yang basah karena hujan kemaren..  


BERSAMBUNG