Saturday 6 October 2012

Balada Seputar KKN - bagian 5

Pagi-pagi sudah terbangun, karena dibangunkan, sial!.. Rasanya baru 3 jam saya tertidur, selebihnya dihabiskan dengan pura-pura terpejam (karena keganggu oleh suara orang-orang yang bergosip). Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Yah, jam segitu emang sudah seharusnya bangun toh. Dengan semangat baru pulih (dari tidur yang tidak nyenyak), kami berangkat ke sungai. Sedangkan remaja yang tadi malam begadang tampaknya baru bisa tidur sekarang di kantor kelurahan.

hehh.. Membosankan, ngomong "Yes... It's called KKN.." mulu

Jalanan berkabut karena embun pagi. Di sungai sudah terlihat pemandangan orang buang hajat dan mandi pagi (oowh tidaaak..!). Dalam suasana yang masih agak gelap itu, kami menyaksikan bagaimana seorang bapak mandi sambil memandikan anaknya juga, seorang bapak paruh baya yang datang membawa odol dan menyikat giginya, seorang pemuda setempat yang baru saja selesai buang hajat di balik tiang jembatan, dan ada juga yang mencuci sepeda motornya di aliran sungai itu. Semua itu kami rekam dalam otak kami, seperti apa proses dan tahapannya sudah menjadi ilmu tersendiri, agar nanti tidak bingung melakukannya.

Sekedar gambaran seperti apa tempat yang kami kunjungi saat itu. Sungai itu lebarnya kira-kira 6 meter dan cukup dangkal. Di atasnya ada jembatan dengan lebar lebih kurang 3 meter, truk atau mobil bisa lewat di atasnya. Di sebelah kanan terdapat area pesawahan, sedangkan dari arah kami datang tadi berupa tebing yang di atasnya bersusun rumah-rumah penduduk. Sesekali di atas kami (jembatan) lewat sepeda motor, ibu-ibu, bapak-bapak, dan ternak. Kadang sapi-sapi lepas begitu saja (mungkin disengaja sama pemiliknya).

Begitu orang-orang (desa) itu pergi, mulai lah satu per satu kami masuk ke tengah sungai. Cukup lama kami disana sekedar mempraktekan apa yang barusan dilihat (trial and error, tapi banyakan error-nya). Beberapa teman sukses mencoba, tapi saya masih ragu. Akhirnya karena penasaran, saya coba juga, hehe... Apalagi kalo dirasa-rasain, perut saya memang agak sedikit mulas (hampir mendekati mulas).

Nah, mula-mula cari spot yang pas dulu, yang ada batu pijakannya. Jadi, walau di air tetap kesannya sedang jongkok di jamban/kakus. Lirik kanan kiri dulu, buat memastikan ga ada seorang pun yang diam-diam ngintip. Sumpah, malu banget deh... Di kehidupan normal, ini merupakan hal yang tabu bagi saya (pamerin aurat walau dalam kondisi 'kebelet'). Meski sesama cowok/cewek, tetap saja ya.. yang namanya aurat itu dosa kalo diperlihatkan (yang kasih liat berdosa, yang ga sengaja lihat berarti lagi sial, sedangkan yang terpana artinya ga normal.. ueek).

Apa anda melihat sebuah jembatan??..
Nah, di bawah sanalah semuanya bermula..

Lalu, saya mencoba jongkok perlahan-lahan sambil menurunkan pinggiran boxer dan kolor (kedua bawahan ini saya gunakan sebagai perisai, if u know what i mean, hehe). Di belakang saya liat aman, tidak ada orang yang lagi jongkok. Lalu, splash! Air sungai menghantam sesuatu yang diceburkan ke air (apalagi kalo bukan pantat). Dingin dan lembut, itulah sensasi yang terasa saat itu. Tak ingin terbuai terlalu lama, saya langsung berkonsentrasi dan mencari-cari rasa mules yang tadi. Entah karena pengalaman pertama atau hanya delusi, yang jelas rasa mules yang sedikit tadi hilang!. Beberapa detik bertapa tanpa suara, akhirnya rasa itu muncul lagi, walau keciiil sekali.. (obrolan seputar eek yang didramatisir).

Saya lalu mencoba menekan, hegh! heegh!!.. Heran, kok susah amat? Padahal biasanya lancar gitu. Saya terus mendesak sampah itu, saya tidak peduli apa yang terjadi. Di saat lagi panik-paniknya, sekonyong-konyong air di belakang saya beriak. Reerrr!!.. Kaget bukan main, saya pun menoleh ke belakang.. Ternyata, seorang penduduk setempat muncul, entah mau ngapain dia disana... Sumpah, saya sudah ga bisa konsentrasi lagi, pikiran kacau, dan akhirnya, niat itupun dibatalkan. Saya lalu kembali ke pinggir sungai menunggu yang lainnya selesai. Heran deh, mereka kok sepertinya sudah pengalaman gitu ya?

Di lain kesempatan, saya berhasil melakukannya. Dan yang pasti, di tempat yang lebih privasi lagi tentunya. Satu hal unik yang saya temukan saat buang air besar di sungai ialah kamu akan melihat eek orang lain mengambang saat kamu berusaha untuk eek, ah.. bukan itu (itu mah biasa). Maksud saya adalah saat eek keluar dari perut, makhluk itu akan berasa seperti ditarik oleh sesuatu (ini bukan mistis lho). Jadi, yang terjadi saat itu adalah air sungai ikut membantu menarik eek saat didorong keluar. Layaknya orang melahirkan, ada tangan bidan yang akan membantu mengeluarkan (menarik) bayi tersebut. Hal unik lainnya ialah begitu eek keluar dia akan tetap utuh (tidak terputus).

Okeh, sebaiknya kita akhiri saja ya kisah yang menjijikkan ini. Ga baek kalo baca bagian ini lama-lama, apalagi kalo sambil makan (ueek!). Satu jam kemudian, kami baru kembali lagi ke kantor kelurahan yang kondisinya lebih mirip kapal pecah. Terlebih lagi semua pakaian yang saya bawa di koper masih basah semua. Kami kembali merasakan sensasi seperti para pengungsi, yang sedang menunggu instruksi selanjutnya dari para penyelamat korban bencana alam. Dan, beberapa jam kemudian muncullah seorang petinggi di kelurahan (saya lupa dia sebagai apa), menyuruh kami untuk bersiap-siap membawa semua barang bawaan ke rumah yang telah disiapkan.

Horee... akhirnyaa.... Kami terbebas juga dari kondisi yang memprihatinkan tersebut, walau sebenarnya kami BUKANLAH PARA PENGUNGSIAN, catat tuh!.. Bapak itu lalu membuka pintu yang tadi malam saya buka untuk, eaa.. pipis lah istilahnyaaa... Lalu, begitu pintu terbuka lebar, dengan penuh wibawa beliau mengangkat tangan kanannya ke udara sembari menunjuk ke sebuah penjuru.
“Ituu..... (diam sejenak).. Itu tempat tinggal kalian....”, katanya tak lama kemudian.
Kami hanya terdiam saat mengikuti arah telunjuk berkerut bapak itu. Namun yang terlihat hanya semak belukar. Eh, serius nih? Dan ternyata, di balik semua itu telah berdiri sebuah rumah, eh... bukan telah berdiri, tapi telah lama berdiri sebuah rumah kayu yang mungkin usianya sudah puluhan tahun, waa..


Sempat-sempatnya berfoto, di saat perut sedang kosong..

Rumah itu tidak lebih besar dari rumah yang ditempati teman-teman cewek. Selain berbahan kayu, bangunan ini juga merupakan rumah panggung dengan beranda kecil di depannya. Lantainya ada yang rapuh, loteng rusak, dan bagian belakang rumah miring. Bisa disimpulkan kalau rumah ini sudah lama tidak dihuni dan baru saja dibersihkan (Omaigaad). Akhirnya, hari itu dihabiskan dengan beres-beres barang dan istirahat. Rumah itu dan pekarangannya kemudian dipasangi tali temali, tidak lain tidak bukan, untuk menjemur pakaian yang basah karena hujan kemaren..  


BERSAMBUNG

Saturday 29 September 2012

Balada Seputar KKN - bagian 4

Matahari sudah tenggelam dan berganti malam. Namun hujan yang deras terus saja mengguyur tanah negeri yang gersang itu. Pukul 19.30 WIB, bus berhenti di depan sebuah kantor kelurahan. Semua mahasiswa yang ada di kendaraan itu, dengan dibantu oleh supir dan asistennya, menurunkan seluruh tas, koper, kardus, dan seluruh barang bawaan dengan sigap. Untuk sementara semua rongsokan itu disusun dengan rapi di ruang tamu kantor Wali Nagari.

Yes... It's called KKN..
(behh... udah 3x ngomong gini mulu)

Hujan masih turun di luar sana. Meskipun begitu, para petinggi daerah itu tetap hadir menjumpai kami tak berapa lama kemudian. Dengan penuh wibawa, satu per satu para pemimpin memperkenalkan dirinya. Sedangkan kami, satu per satu memperkenalkan diri dengan alay-nya. Setelah berbasa-basi ‘ngobrol ngalur ngidul’ (entah apa artinya kata-kata itu), dosen pembimbing lapangan pun mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Dan semua orang pun berebut memunguti mutiara yang keluar dari mulutnya.. Ah bukan, bukan. Beliau waktu itu berpesan,
“Kalo kalian datang KKN sendiri, jangan sampai kalian pulang berdua.. ngehehehe”, seringai tajam dan memuakkan keluar dari mulutnya.
Entah apa maksudnya, saya hanya ikut tertawa seperti mahasiswa lainnya dan menganggap itu sebagai kata-kata mutiara. Hm.. Semua orang pun pulang ke kediaman masing-masing begitu hujan reda. Dosen pembimbing yang gaul tadi pun sudah tidak kelihatan batang hidungnya.
“Aah.. Maaf, WC (toilet)-nya di mana ya?”, saya sejak tadi mencoba menahan air bah.
“Itu, di sebelah sana”, seseorang menunjuk ke arah belakang kantor.
“Okeh, terima kasih”
Saya berjingkrak ke ruangan yang ditunjuk, cukup gelap karena tidak diberi lampu. Namun alangkah terkejutnya saya begitu menyadari apa yang saya lihat. Sebaiknya tidak diceritakan, karena WC yang dimaksud bisa dibilang sudah menjadi kamar Setan dan kaumnya. Matapun jelalatan melihat ke sekitar, dan tidak jauh dari WC terdapat sebuah pintu. Langsung saja, saya membuka kunci pintu dengan penuh nafsu dan, air bah pun tak tertahankan lagi.

Seorang gadis desa setempat (karena lebih tua dipanggil ‘kakak’, mungkin kalau lebih muda bakal dipanggil ‘adek’, whateverr..) menginstruksikan untuk membawa semua barang-barang anak cewek ke kediaman yang sudah disiapkan. Sedangkan kami para lelaki, disuruh menginap dulu di kantor Wali Nagari. Mungkin karena rumahnya belum dibersihkan, saya pun berpikiran positif tentang itu.

Barang pun selesai di taruh, rumahnya biasa saja, mungkin seperti rumah penduduk lain pada umumnya. Hanya terdiri dari 2 kamar kecil berukuran 2 x 1,5 meter, kecil sekali dan mungkin hanya berfungsi sebagai gudang kain atau kasur. Kemudian selebihnya ruang lepas dan ada dapur di belakang (dindingnya terpisah dari rumah).

Okeh.. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, ingat belum sholat Isya kami bertanya dimana bisa ambil wudhu’.
Lalu, kakak itu pun menjawab “Di sungai dek”.
Haa? Di sungaaiii??... Kok di sungaaai?? Perasaan pun makin tidak enak, jangan-jangan di kampung ini tidak ada yang namanya sumur dan WC, omaigaad... Ternyata dugaan saya benar, dengan perasaan campur aduk, akhirnya jadi juga ke sungai ambil wudhu. Dan disaat itulah, ada yang sempat-sempatnya buang hajat di hilir sungai, Whhaaattt?!..... Gila! Kebayang ga? kalo hari-hari yang bakal dialami di sana akan seperti ini. Saya setiap buang hajat, bukak celana, tekaan-menekan, sambil ditonton orang lain. Gila banget!... Tapi, yaah apalah daya saya, mau KKN tapi negerinya kan ga bisa milih-milih..
Tapi, setelah beberapa hari kemudian saya dan teman-teman disana, akhirnya kami menemukan jawaban pertanyaan ‘kenapa orang di sana lebih suka beraktifitas di sungai, dibanding di sumur?’ dan ‘Kenapa orang di sana rata-rata tidak memiliki sumur di rumah mereka?’. Jawabannya simpel,
 “Kalo ada yang lebih praktis, kenapa musti repot, buk/pak”, gitu katanya. 
Jadi, yang ada di pikiran mereka itu adalah dari pada susah-susah ngeluarin duit buat bikin sumur lebih baik memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam. Dan memang, ada atau tidak adanya sumur tetap saja warna airnya sama. Karena tanah di sana tidak cocok untuk menyaring air, kurang subur, dan faktor lainnya. Iya, bolehlah kalo memanfaatkan air sungai. Tapi, masa’ sih, di saat sedang wudhu misalnya, atau gosok gigi, lalu tiba-tiba lewat sebatang eek di aliran sungai di depan kita. Coba, apa yang ada dipikiran saat itu?

Kembali ke kantor kelurahan yang sekarang kondisinya telah disulap menjadi tenda darurat oleh anak-anak kreatif itu. Seakan habis terkena musibah, kami tak ubahnya seperti kumpulan orang yang baru saja selamat dari bencana alam, lalu disuruh tinggal di sana untuk sementara waktu. Beberapa mahasiswa telah memasang tali di dinding-dinding kantor, sehingga bisa digunakan sebagai jemuran. Saya pun ikut membuka koper dengan lemas, yahh..semua pakaian yang kemarin malam saya setrika dan lipat dengan rapi, sekarang udah kaya' tumpukan kain yang kena ompol gorilla. Miriss gan.. Menyadari hal itu, saya berjanji pada diri sendiri agar membeli koper yang anti air di kemudian hari.

Beginilah suasana di dalam Kantor Kelurahan,
sebelum disulap menjadi Kamp Pengungsian

Benar-benar sial hari itu, udah pakaian basah semua, mau makan nasi bungkus eeh.. keburu basi nasinya. Terpaksa deh, suka ga suka nasinya habis juga, dan perut pun kenyang walau hati tak tenang (nah, itu ceritaku, apa ceritamu?).. Malam pun makin larut, dan entah mengapa, suhu lingkungan pun turun drastis. Saya mencoba untuk tetap tidur di atas lantai yang dialasi tikar, namun susah. Dengan baju yang sebagian basah dan selimut yang basah semua, saya mencoba untuk memejamkan mata. Sementara itu, mahasiswa yang memang gila begadang (alias insomnia) tetap saja bergurau sambil menghisap rokok. Sayup-sayup, terdengar pembicaraan seputar mahasiswi...  Buseeet! Bukannya istirahat, anak-anak ini malah bergosip masalah pembagian jatah...  Sialan! Mereka pikir ini acara ‘Kontak Jodoh’ apa?..

Kesal juga sih, ikut mendengar pembicaraan mereka walau sebenarnya tidak diinginkan. Tapi mau gimana lagi, saat itu kondisi saya tidak memungkinkan untuk tertidur dengan nyenyak. Udara dingin dan selimut yang basah rasanya cukup mengganggu keyamanan tidur. Dan hal itu juga dirasakan oleh teman yang ikut tidur di sebelah saya. Sesekali saya bangun dan bersandar di dinding. Mencoba membuat tubuh saya mengantuk dengan duduk. Melihat saya begitu, salah seorang dari anak-anak yang begadang itu malah bilang seperti ini,
“Eh, kenapa?.. Kalo ga bisa tidur, mending gabung sini..”, katanya sambil memetik putung di rokoknya.
Eh sialaan!.. Yang bikin susah tidur itu suara kalian, mpret!... Yah begitulaah, entah jam berapa saya tertidur, kemudian terbangun lalu, lalu tertidur, ga jelas ceritanya. Yang jelas besok pagi, saya harus pindah dari kantor ini, saya kapok tidur disini!!

Saturday 22 September 2012

Balada Seputar KKN - bagian 3

Pada pertemuan sebelumnya, saya dan rombongan telah melakukan survey awal ke daerah tempat KKN nanti. Namun sayang, begitu tiba di sana, kami tidak menjumpai para pengurus kenagarian karena datang kesorean. Jadinya, kami tidak bisa berlama-lama di sana untuk meninjau. Padahal, banyak lho informasi penting yang belum kami dapat mengenai tempat tersebut. Meski demikian, kami setidaknya telah meminta izin kepada penduduk setempat, agar sekiranya menyediakan kami tempat menginap di desa mereka tersebut..

Yes... It's called KKN

Okeh, sekarang tiba saatnya untuk mempersiapkan diri. Karena, hari KKN akan segera dimulai. Petualangan di desa yang untuk datang ke sana mesti melewati areal perbukitan dan cukup terisolir, siap menanti. Untuk itu, saya sudah membeli kolor baru, karena kolor yang lama sudah sobek dimana-mana..

Nah, sekarang koper pun sudah penuh di isi. Tidak lupa saya menyelipkan sebuah bantal dan selimut handuk. Hm.. itu semua untuk berjaga-jaga, karena saya punya feeling buruk saat berada di tempat KKN nanti..

Dan, pagi hari pun tiba. Semua keperluan yang akan dibawa sudah beres, hingga saya seperti menyadari sesuatu saat 'akan mandi'. Yaah!.. Dengan sedikit gusar, akhirnya koper itu terpaksa dibongkar lagi, sekedar untuk mengambil handuk, sabun, kolor, dan teman-temannya. Pelajaran penting nih, mandilah terlebih dahulu sebelum mem-packing semuanya di koper..

Bus akan berangkat kira-kira pukul 8.00 WIB, dan saya sudah berada depan 'Sendik BRI'. Tetapi, yang namanya budaya ngaret itu yaa dimana saja pasti ada. Janji pukul 8.00 WIB eh, baru kumpulnya pas pukul 9.00 WIB. Udah teman-teman datangnya telat, bus yang disewa pun telat. Akhirnya teman-teman pada mengumpat, dan si dosen pembimbing pun juga ikutan bercarut. Biar keliatan macho (padahal aslinya tampang kutu buku) dia hisaplah rokok sebatang sambil terus menyebut ‘nama hewan/alat kelamin' (saya pun lupa yang mana disebutnya), shyit!..

Sial betul hari itu, mana turun hujan pula, benar-benar awal yang buruk untuk memulai KKN. Tapi yang jelas, gara-gara hujan perut pun kembali lapar, dan diulanglah sarapan pagi di warung tempat berteduh itu, sambil menunggu bus datang..
  
 "Waktu hujan, turuun... Di sudut gelap mataku...
Begitu derasnyaa... Kan kucoba bertahaan.."
- Sheila On 7 -

Yah, setelah menunggu beberapa saat, sekonyong-konyong sebuah benda melesat dengan kecepatan yang luar biasa. Kemudian benda yang menyerupai bus itu berputar-putar, dan akhirnya berhenti di depan Sendik BRI. Tidak tinggal diam, saya dan teman-teman langsung kerahkan tenaga dalam ke bagian kaki, dan dengan satu hentakan tubuh kami pun melayang dan berjumpalitan di udara (lho, lho... ini acara silat atau apa?!).

Ehem.. sebenarnya itu bus lain yang baru ditelepon, sedangkan bus yang awalnya akan disewa di-reject, karena ga bisa menunjukkan keseriusannya (kalo bus nya rusak bilaang dong, jangan suruh kami nunggu terlalu lama)..

Sebelum ke desa yang dituju, kami harus datang dulu ke pusat kota. Eits!.. Bukan buat numpang lewat, tetapi ada pertemuan dengan Bupati setempat di Convention Hall. Inti dari pertemuan itu adalah serangkaian acara penyambutan sekaligus pelepasan mahasiswa UNAND menuju tempat KKN nya masing-masing. Dan hebatnya, kami datang begitu acaranya sudah mau ditutup (salut deh). Yah, dari pada ga sama sekali, setelah ikut berdo’a dan acaranya ditutup, kami langsung saja mencomot nasi bungkus yang memang disediakan panitia di sana, hehe..

Benar-benar buruk, dan buruk sekali. Mahasiswa lainnya ketemu sama Bapak Wali Nagarinya, eh Bapak Wali Nagari tempat KKN kami ternyata sudah pulang, karena terlalu lama menunggu kami. Di perjalanan pun bus kembali diguyur hujan deras. Alhasil, begitu sampai di tempat yang dituju, hari sudah gelap, sholat Maghrib terlewat, koper pas dibuka isinya basah semua, mau pipis WC nya ga ada pula. SIIAALL !!....

Saturday 15 September 2012

Balada Seputar KKN - bagian 2

Pengalaman di tempat KKN merupakan suatu hal yang sulit untuk dilupakan. Ada saja kejadian anehnya, yang ujung-ujungnya malah jadi bahan guyonan. Belum juga hari pertama (alias survey lokasi), sudah mulai kelihatan anehnya (bukan aneh sih.. tapi ga biasa, gitu).

Yes... It's called KKN

Pada kegiatan survey ini, kami akan meninjau daerah yang nantinya akan dijadikan tempat tinggal, sekaligus meminta izin kepada para petinggi di sana. Oleh karenanya, kami pun menyewa sebuah bus kampus untuk mengantarkan kami ke sana..

Hampir 6 jam lamanya di atas bus, semua hening sambil menikmati snack bawaan temen cewek yang masih tersisa. Kemudian tak berapa lama bus berbelok ke sebuah pertigaan dan masuk ke areal yang cukup hijau. Saya menatap ke pinggir jalan, menikmati hijaunya padang rumput dan pepohonan yang disirami cahaya matahari..

Bus ini ga bakal berenti kalo ga diberentiin di Halte

Belokan jalanan pun berbeda dengan yang ada di kota, karena saat itu bus kampus telah memasuki areal perbukitan. Suasana hati makin terasa damai, tak kala di kiri kanan hanya terlihat hamparan sawah. Lalu di pinggirnya ditemani oleh bukit-bukit kecil, seakan melindungi jalanan yang kami lewati..
“Waahh... Lihat-lihat!”, teriak seorang mahasiswi
“Hah?!.. Kenapa-kenapa? Ada apa?”, balas temannya
“Ada sawaah, ada pohon cemara, kirii..kanaan...”, dia pun mulai bernyanyi. Saking senengnya, segala hal yang terlihat diceritain tanpa sadar (dia pamer kampung halamannya, cih).
 Hening..

Akhirnya, semua terhanyut dalam ke-galau-an masing-masing, hingga suatu saat, bus oleng ke kanan. Ternyata, eh ternyata.. Salah satu roda bus masuk ke dalam lubang besar yang ada di jalan. Gila, jalan masih aspal, tapi sudah kacau begini?..

Yah, mau tidak mau begitulah nasib sang bus saat itu. Setelah jalan berlubang itu jauh di belakang, di depan kami berpapasan dengan mobil Pick Up. Memang tidak ada yang unik dari peristiwa ini, tapi semua berubah ketika bus kami bergerak mundur. Lho? Kok bisa?... Ternyataaa..., jalannyaaaa....., sempit cuy...

Waduh, dari awal saya sudah curiga. Jangan-jangan, tempat KKN yang akan saya tempati terperosok lagi.. Ups! Maksud saya, terpelosok. Jangan-jangan nanti tidak ada TV, tidak ada listrik, tidak ada sinyal, tidak ada pacar, dan yang lebih buruk lagi, tidak ada rumah... Waah hancur rasanya dunia inih..

Huft! Tenang-tenang... Kalem dong (Calm down)!.... Apapun yang ada dipikiranmu, itu cuman halusinasi, hanya sugesti.. Saya kembali menatap ke lingkungan sekitar, mencoba melupakan hal tersebut.. Hingga, terdengar suara...
“Aaaa...!!! Sinyal ku hilaaang...!!”, jerit seorang mahasiswi.
“Aaaa...!! Punyaku juga...!!”, seorang mahasiswa ikutan jerit sambil buka celana.
Saya yang walau cukup shock detik itu, coba untuk rileks dan menjangkau ponsel yang ada di saku kiri. Begitu dapat, langsung diangkat. Ternyataaa... Sinyalnyaaa... Masih ada ‘2 biji’.... Hufftt!!.. Puufftt!!.. Segala macam nafas dan kentut, keluaarr!!... Cukup lega rasanya, setidaknya dengan ini saya masih mendapatkan informasi di dunia luar sana, masih bisa buka facebook, bisa berbagi pengalaman dengan teman sejurusan. Jujur yaa, sampai detik itu saya masih belum bisa menentukan program unggulan (dari jurusan) untuk di terapkan di desa orang..

Saya masih menimang-nimang ponsel keramat itu di tangan, hingga.. Buk!.. Bus tergoncang karena lubang di jalan. Begitu saya amati lagi layar ponsel, sinyalnya sudah raib... “Waaaaahh....!!”, saya menjerit dalam kalbu. Satu jam lamanya saya mencoba menenangkan diri agar tidak kesurupan..

Akhirnya kamipun bisa melihat tanda selamat datang di Kenagarian Rupa. Cukup eksotis, apalagi di sekitar jalan berkeliaran seperti tidak terikat, sapi-sapi kurus nan bertelanjangan (eaa.. mereka memangnya pernah pake baju?). Makin memasuki areal tersebut, makin terlihat rumah-rumah penduduk. Ada satu rumah, dua rumah, dan seterusnya. Tapi, ada satu hal yang membuat kami bingung. Setiap rumah yang dilewati, belum ada terlihat manusianya di sana. Saya pun menoleh curiga ke arah sapi-sapi yang berjejer di tepi jalan. Saya melotot, dan merekapun begitu.. Jangan-jangan, penduduk desa itu mereka. Waaah...!

Ah tidak! Kesembronoan saya pun disembuhkan setelah melihat seorang anak kecil beserta temannya, berlarian dikala bus kampus kami datang. Mereka seperti melihat kendaraan super mewah baru saja masuk ke desa mereka. Sweeet..!! Setelah mencapai jantung Nagari, yang menjadi pusat perdamaian 3 desa di sana, kamipun turun dengan mantapnya dari atas bus..

Saturday 8 September 2012

Balada Seputar KKN - bagian 1

KKN adalah singkatan dari Kuliah Kerja Nyata. Namun terkadang, artinya malah jadi Keliling Keliling Negeri, hehe.. (emang bener kok!). KKN itu sendiri diadakan sebagai bakti mahasiswa terhadap masyarakat. Dalam prakteknya, mahasiswa bisa membagi /share atau malah menerapkan ilmu yang diperolehnya dari bangku perkuliahan untuk membantu masyarakat. Tapi intinya sebenernya sih, jadi pesuruh di kampung orang. Bikin acara ini dong?..ya bikiin... Bantuin ini dong?..ya dibantuiin.. gitu!

 
Yang jelas bukan singkatan Korupsi Kolusi Nepotisme

KKN untuk angkatan saya terjadi pada tahun 2011. Tahun yang terdiri dari angka 2-0-1-1..., entah apa artinya angka tersebut, saya juga tidak tahu (lupakan!). Prosedur KKN itu sendiri dimulai dengan pendaftaran awal di situs resmi kampus. Seluruh mahasiswa dari tiap jurusan, fakultas, yang ada di kampus dipaksa mendaftar dalam rentang waktu yang diberikan.

Selanjutnya, ada yang namanya Coaching atau proses pembinaan...hm, pembinaannya cukup simpel sih. Kami yang gaul ini dikumpulin dalam sebuah ruangan tertutup, lalu diceramahi sama dosen-dosen, yang semuanya itu hanya bullshit!... Eh, maksud saya, semua itu hanya teori (hehe..). Yah, teori yang masuk kuping kanan, keluar dari kuping itu lagi. Sukur-sukur ada yang keluar kuping kiri, jadi sempat ada yang singgah. Kalo yang singgah itu bisa dicerna otak, maka dia bakal jadi ilmu.. Dan, kalo enggak, bakal jadi eek kuping..


Perhatikan ya anak-anak.. Perhatikan!
Papan tulis ini kosong.
Kenapa kosong? Karena belum diisi..

Habis tuh, si panitia KKN pun menyelenggarakan ujian (Haah?!.. Ujiaan??)... Sumpah, ga ngerti deh. Masa’ habis pembinaan dikasih ujian juga. Bukannya malah disuruh siap-siap, beres-beres rumah, pamitan sama orang tua, nulis surat wasiat (eh?).. Oke deh, kita ikut aja gaya loe, emang loe berapa sekiloe?.. Dan, semua mahasiswa kembali dikumpulkan dalam ruangan tertutup, lalu diatur-atur pula duduknya. Heran.., sampe-sampe satpam sama security ikut masuk ke ruangan buat ngatur, dengan dibarengi lotot-an dan nyengir-an di muka mereka yang terkontaminasi.. Miris gaan!

Lalu, soal dan lembar jawaban pun dibagikan.. Nah lo, dari sini aja udah ada yang aneh. Misalnya pertanyaannya gini:

Kenapa KKN perlu dilaksanakan?
a. Agar bisa gaul dengan masyarakat
b. Agar bisa mengisi liburan
c. Jawaban a dan b benar
d. Semua jawaban benar
e. Semua jawaban salah

Pilihan ganda ga mutu macam apa inih?.. Keliatan banget kan, yang bikin soal ga niat bikin pilihan gandanya..

Oke deh, okee.. Saya pilih yang jawaban E (walau sebenernya pikiran lagi ga di badan).. Maka, dengan gerakan super kilat, sang pensil 2B yang tadinya terbaring lemah di meja, tiba-tiba terlontar ke udara, berputar-putar, dan (seet!) dia sudah berada di jemari saya.. Hmm! (dagu diangkat tinggi-tinggi).. Namun, begitu ujung pensil mengarah ke lembar jawaban.... What the heuuw?!.. kok lingkaran jawabannya cuman ada A, B, C, sama D?... Yang E kemanaa? Bukan hanya saya, kiri-kanan juga mengalami hal serupa..

Ga nyangka, ada ujiannya...
Dan ga nyangkanya lagi, ujiannya ngaco..

Hal ini jelas, langsung ditanyakan ke pengawas yang tidak lain (duet mabok) satpam dan security tadi.. Dan, lagi-lagi miris gan!... Mereka ga bisa jawab. Yang terjadi adalah: mereka diam, termenung, dan menatap kosong ke lembar jawaban di tangannya.. Untuk beberapa detik dalam hidup kami, tidak ada sepatah katapun terlontar dari mulut mereka... Miris gan! Emang miris.. (geleng2)

Akhirnya, ujian ngaco itu pun berakhir dengan kekacauan.. Buletan untuk jawaban E dibikin sendiri di sebelah buletan jawaban D...manual, pake pensil! Trus, lembar jawaban disulap jadi pesawat kertas dan dilempar ke muka ‘miris’ sang pengawas. Lalu, pengawas yang telah kehilangan jati dirinya memunguti pesawat itu satu demi satu (lagi-lagi miris gan!)

Bangku-bangku beterbangan dan dibanting oleh mahasiswa yang keselnya ga ketolongan.. Agar tidak terjadi pertumpahan darah, maka kami keluar dan menuju ruangan tertutup lainnya sesuai daerah KKN masing-masing.. Kalo yang tadi, itu dikelompokkan berdasarkan jurusan masing-masing (hehe..lupa sebutinnya di atas).

Sesuai pengumuman, saya ditempatkan oleh panitia KKN di daerah (em.. sebut saja..) Rupa. Yah, nama negeri yang cukup unik bagi saya, hik..hiks.. (terharu). Saya bagai manusia jalang, dari kumpulannya yang terbuang, bercampur dengan manusia jalang lainnya. Sambil deg-deg an menunggu kedatangan dosen pendamping KKN, kami pun main tebak-tebakan sesama orang asing..

A: Eh, nama kamu Udin, ya?
B: Ah, sok tau loh..
A: Hehe, mirip..                           <- orangnya kampung asli
C: Lu cantik banget, lu jurusan ekonomi ya?
B: Hah?! Gue kan cowok, bego!
C: Hehe, Gue kan cuman nebak..   <- patut diwaspadai selama KKN

Dan begitulah, tanpa terasa kami pun saling sok akrab, hingga hari KKN itupun tiba juga..


Tuesday 27 March 2012

Maling, Kenapa Harus Ada Maling?

Sesuai judulnya... Ya, kenapa di bumi yang indah ini harus ada profesi yang namanya em-a -> MA, el-i -> LI, 'MALING' yua? Sebenarnya profesi macam apa ini.

Di buku pintar Ngasalpedia dituliskan, Maling adalah orang yang mengambil barang milik orang lain tanpa seizin yang punya. Di dalamnya juga diperjelas secara gamang bahwa, maling itu meminjam sesuatu tanpa dikembalikan.

 Pinjem dulu ah..

Meminjam tanpa mengembalikan, disebut dengan 'MENCURI'. Terkadang, dalam kondisi yang lebih ekstrim, aktivitas ini dinamakan 'MERAMPOK'. Makanya, selain ada Maling, juga ada istilah Pencuri dan Perampok. Yaa.... bisa dibilang mereka masih saudara-an lah istilahnya. Saudara Haram..

Kenapa orang jadi maling? Jawabannya simpel, karena dia tidak percaya adanya Hari Kiamat. Orang yang beriman pasti yakin, di akhirat nanti akan ada hari di mana semua barang yang dipinjam itu akan ditagih kembali oleh pemiliknya. Nah, apa yang akan dilakukan si Maling ini apabila barang tersebut tidak bisa dipenuhi? Yaa... otomatis amal dan dosa lah yang akan jadi uang ganti ruginya. Bisa jadi amal si Maling di kasih ke korban tersebut, atau dosa si Korban di transfer ke Rekening amal si Maling, sesuai takaran masing-masing. So, hati-hati guys..

Kalo maling ini, baru ada Greget-nya..

PENGALAMAN GUE

Ini merupakan serentetan pengalaman saya... Eitss! Bukan pengalaman jadi maling yea... Tapi, pengalaman dimalingi secara tidak senonoh (saya mana berani jadi Maling, cuy). Trus, apa dong yang diambil atau dicurinya dari saya yang lemah ini??......

Oke, akan saya ceritakan..... Pertama itu, yang diambil itu ialah Sendal saya... 0_0

Beberapa hari setelah liburan Hari Raya Idul Fitri (ini zaman saya SMA, sekitar tahun 2007), saya punya sendal baru, berwarna coklat, empuk, dan ada gambar bola-bola nya (bola sepak dong, apa lagi?). Suatu ketika, saya pakailah sendal gaul itu untuk pergi ke mesjid, karena hari itu Hari Jum'at.

Saat mau parkir sendal, kulihat di tangga-tangga itu banyak sekali berjejeran alas-alas kaki (sebenernya berserakan yaa). Kiriiii.... kanaaan... kulihat saja..... banyaaak pohon cendalnya (lah, ini kok malah nyanyi?).

Begitu selesai sholat dan berasa mau pulang, tanpa pikir-pikir jorok saya langsung menuruni anak tangga. Namun betapa bengongnya saya, karena tidak menjumpai sendal baru saya itu. Saya panggil-panggil namanya (sebelumnya sudah saya namai 'Milo'.. karena mirip susu Milo), tapi dia tidak menyahut. Saya lalu cek di bawah kolong tangga, dibalik bunga, dedaunan, mana tahu dia lagi petak umpet....tapi tidak ketemu juga.

Frustasi, saya lalu periksa tumpukan sendal orang lain. Mana tahu dia ada di bawahnya, dibully sama sendal-sendal tua butut yang sudah lama mangkal di sana. Tapi yang ada, saya malah mirip maling sendal. Tersadar akan hal itu, saya pun terduduk di atas tanah. Meratapi sendal baru yang sudah dibawa lari orang lain. Padahal baru beberapa malam, saya dan sendal itu berbagi cerita, bercanda, dan sebagainya.

Sambil termenung, terbayang kembali masa-masa indah selama bersama sendal itu. Bagaimana aku berjalan di atasnya, memandikannya saat terkena lumpur, dan membandingkannya dengan sendal butut teman yang sudah jelas bagai langit dan bumi.

Namun apa daya, dia sudah tidak ada di sini lagi. Dia sudah pergi, meninggalkan kenangan dan kekesalan karena harus pulang dengan kaki naked. Si Maling itu tidak lupa kusumpah-sumpahi. Gimana bunyinya? Saya mungkin sudah lupa.

Yang jelas, dari pengalaman ini saya mendapatkan pelajaran berharga, yaitu supaya:
  1. Menitipkan sendal ke tempat penitipannya (kalo ada).
  2. Menggunakan sendal yang jelek saat ke mesjid (ini udah biasa).
  3. Memisahkan kedua sendal saat diparkir. Kalo bisa, sendal kanan ditaruh di ufuk barat, dan sendal sebelah kiri di ufuk timur (saking lebaynya).
  4. Membalik posisinya, jadi yang kelihatan adalah tapak sendal yang kotor (biar bikin ilfeel).
  5. Saran jenius -> Bersihkan sendal dengan air, lalu masukkan sendal dalam plastik yang bersih (yang tidak transparan) dan bawa ke tempat sholat.
  6. Super jenius (perhatikan gambar berikut)

Imagine that..


SEKIAN