Saturday 15 September 2012

Balada Seputar KKN - bagian 2

Pengalaman di tempat KKN merupakan suatu hal yang sulit untuk dilupakan. Ada saja kejadian anehnya, yang ujung-ujungnya malah jadi bahan guyonan. Belum juga hari pertama (alias survey lokasi), sudah mulai kelihatan anehnya (bukan aneh sih.. tapi ga biasa, gitu).

Yes... It's called KKN

Pada kegiatan survey ini, kami akan meninjau daerah yang nantinya akan dijadikan tempat tinggal, sekaligus meminta izin kepada para petinggi di sana. Oleh karenanya, kami pun menyewa sebuah bus kampus untuk mengantarkan kami ke sana..

Hampir 6 jam lamanya di atas bus, semua hening sambil menikmati snack bawaan temen cewek yang masih tersisa. Kemudian tak berapa lama bus berbelok ke sebuah pertigaan dan masuk ke areal yang cukup hijau. Saya menatap ke pinggir jalan, menikmati hijaunya padang rumput dan pepohonan yang disirami cahaya matahari..

Bus ini ga bakal berenti kalo ga diberentiin di Halte

Belokan jalanan pun berbeda dengan yang ada di kota, karena saat itu bus kampus telah memasuki areal perbukitan. Suasana hati makin terasa damai, tak kala di kiri kanan hanya terlihat hamparan sawah. Lalu di pinggirnya ditemani oleh bukit-bukit kecil, seakan melindungi jalanan yang kami lewati..
“Waahh... Lihat-lihat!”, teriak seorang mahasiswi
“Hah?!.. Kenapa-kenapa? Ada apa?”, balas temannya
“Ada sawaah, ada pohon cemara, kirii..kanaan...”, dia pun mulai bernyanyi. Saking senengnya, segala hal yang terlihat diceritain tanpa sadar (dia pamer kampung halamannya, cih).
 Hening..

Akhirnya, semua terhanyut dalam ke-galau-an masing-masing, hingga suatu saat, bus oleng ke kanan. Ternyata, eh ternyata.. Salah satu roda bus masuk ke dalam lubang besar yang ada di jalan. Gila, jalan masih aspal, tapi sudah kacau begini?..

Yah, mau tidak mau begitulah nasib sang bus saat itu. Setelah jalan berlubang itu jauh di belakang, di depan kami berpapasan dengan mobil Pick Up. Memang tidak ada yang unik dari peristiwa ini, tapi semua berubah ketika bus kami bergerak mundur. Lho? Kok bisa?... Ternyataaa..., jalannyaaaa....., sempit cuy...

Waduh, dari awal saya sudah curiga. Jangan-jangan, tempat KKN yang akan saya tempati terperosok lagi.. Ups! Maksud saya, terpelosok. Jangan-jangan nanti tidak ada TV, tidak ada listrik, tidak ada sinyal, tidak ada pacar, dan yang lebih buruk lagi, tidak ada rumah... Waah hancur rasanya dunia inih..

Huft! Tenang-tenang... Kalem dong (Calm down)!.... Apapun yang ada dipikiranmu, itu cuman halusinasi, hanya sugesti.. Saya kembali menatap ke lingkungan sekitar, mencoba melupakan hal tersebut.. Hingga, terdengar suara...
“Aaaa...!!! Sinyal ku hilaaang...!!”, jerit seorang mahasiswi.
“Aaaa...!! Punyaku juga...!!”, seorang mahasiswa ikutan jerit sambil buka celana.
Saya yang walau cukup shock detik itu, coba untuk rileks dan menjangkau ponsel yang ada di saku kiri. Begitu dapat, langsung diangkat. Ternyataaa... Sinyalnyaaa... Masih ada ‘2 biji’.... Hufftt!!.. Puufftt!!.. Segala macam nafas dan kentut, keluaarr!!... Cukup lega rasanya, setidaknya dengan ini saya masih mendapatkan informasi di dunia luar sana, masih bisa buka facebook, bisa berbagi pengalaman dengan teman sejurusan. Jujur yaa, sampai detik itu saya masih belum bisa menentukan program unggulan (dari jurusan) untuk di terapkan di desa orang..

Saya masih menimang-nimang ponsel keramat itu di tangan, hingga.. Buk!.. Bus tergoncang karena lubang di jalan. Begitu saya amati lagi layar ponsel, sinyalnya sudah raib... “Waaaaahh....!!”, saya menjerit dalam kalbu. Satu jam lamanya saya mencoba menenangkan diri agar tidak kesurupan..

Akhirnya kamipun bisa melihat tanda selamat datang di Kenagarian Rupa. Cukup eksotis, apalagi di sekitar jalan berkeliaran seperti tidak terikat, sapi-sapi kurus nan bertelanjangan (eaa.. mereka memangnya pernah pake baju?). Makin memasuki areal tersebut, makin terlihat rumah-rumah penduduk. Ada satu rumah, dua rumah, dan seterusnya. Tapi, ada satu hal yang membuat kami bingung. Setiap rumah yang dilewati, belum ada terlihat manusianya di sana. Saya pun menoleh curiga ke arah sapi-sapi yang berjejer di tepi jalan. Saya melotot, dan merekapun begitu.. Jangan-jangan, penduduk desa itu mereka. Waaah...!

Ah tidak! Kesembronoan saya pun disembuhkan setelah melihat seorang anak kecil beserta temannya, berlarian dikala bus kampus kami datang. Mereka seperti melihat kendaraan super mewah baru saja masuk ke desa mereka. Sweeet..!! Setelah mencapai jantung Nagari, yang menjadi pusat perdamaian 3 desa di sana, kamipun turun dengan mantapnya dari atas bus..

No comments:

Post a Comment